Keberlanjutan

Going Green: Pentingnya Isu Keberlanjutan Saat Menjalankan Bisnis

Isu sustainability masih menjadi masalah yang semakin penting bagi banyak orang, utamanya dalam dunia bisnis (Alsayegh dkk, 2020). Perubahan iklim terus memengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup di bumi. Termasuk bagi para pemilik bisnis, praktik bisnis yang berkelanjutan menjadi suatu keharusan (Yu dkk, 2018). NASA mencatat lebih dari 95% kemungkinan aktivitas manusia menyebabkan planet menjadi lebih hangat. Industri yang dijalankan manusia adalah bagian besar dari gambaran perubahan iklim karena ketergantungannya pada tanah, sumber daya, bahan bakar fosil, serta produksi dan konsumsi tanpa henti.

Membuat bisnis yang lebih berkelanjutan dimulai dengan menyadari masalah yang dihadapi dan memahami betapa pentingnya untuk membuat perubahan – baik untuk bisnis dan planet. Tujuannya adalah untuk membantu pemilik bisnis, administrator, dan pemimpin agar perusahaan mereka lebih sadar lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran global menuju cara kerja yang lebih ramah lingkungan (Eyraud dkk, 2013). Perusahaan-perusahaan besar di dunia juga semakin terbuka akan emisi gas rumah kaca dan metrik energi mereka (Anggraeni, 2015). Penilaiannya berdasarkan penilaian konsumen dengan 71 persen dari 500 perusahaan teratas dunia memilih untuk mengaudit angka dampak lingkungan mereka secara eksternal.

Meskipun sebagian besar negara belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi tersebut, tetapi hal ini kemungkinan besar akan berubah (Tarmuji dkk, 2016). China baru-baru ini mengeluarkan Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak lingkungan, dan AS telah mengumumkan rencana untuk mengurangi emisi karbon dioksida – keduanya bertujuan untuk mendorong bisnis menjadi lebih hijau.

Mengapa Keberlanjutan Penting dalam Bisnis?

Menurut jurnal ilmiah Environmental Sustainability, sebuah pulauhttp://https://elements.envato.com/sustainable-gworth-rate-ZMFLCJU plastik berukuran sekitar 1,6 juta km2 mengambang di Samudra Pasifik. Plastik ini membahayakan kehidupan laut dan mikroplastik pada makanan laut bisa termakan oleh manusia. Sampah plastik ini tidak akan ada jika bukan karena perusahaan yang menggunakannya untuk membuat dan mengemas produk.

Sederhananya, jika bisnis tidak bertindak secara bertanggung jawab sebagai anggota komunitas global, sebagian besar makhluk hidup tidak akan bertahan melewati abad ke-21. Environmental Sustainability juga mencatat bahwa “tingkat kepunahan spesies tumbuhan dan hewan yang disebabkan oleh manusia saat ini ratusan kali lebih tinggi daripada tingkat alami di masa lalu”.

Mirisnya, data dari Environmental Sustainability, memproyeksikan sektor bisnis akan menghasilkan 27 miliar ton limbah padat pada tahun 2050 karena lingkungan bisnis yang memprioritaskan produksi dan perputaran produk yang cepat untuk keuntungan maksimum. Emisi CO2 yang tidak terkendali diproyeksikan dapat meningkatkan suhu bumi hingga 20 C pada tahun 2050, yang akan menyebabkan naiknya permukaan laut.

Penelitian Kompas dkk (2019) menemukan bahwa hanya 100 perusahaan yang bertanggung jawab atas 71% emisi global. Sekarang adalah waktu yang tepat bagi bisnis untuk menjadi bagian dari solusi, mengurangi emisi dan limbah, serta berkontribusi dalam membangun planet yang layak huni. Kabar baiknya adalah bisnis dapat membuat dampak besar dan menyumbang 60% dari pengurangan emisi pada tahun 2030, sesuai dengan Paris Climate Accord.

Meskipun belum ada standar universal untuk analisis laporan dampak bisnis terhadap lingkungan, ada sejumlah inisiatif yang sedang dilakukan untuk mendorong lebih banyak transparansi dan memberikan panduan bagi bisnis:

  • United Nations Global Compact mencurahkan tiga dari 10 prinsipnya untuk masalah lingkungan, dan memiliki lebih dari 10.000 penandatangan perusahaan. UN Global Compact mengambil pendekatan konservatif terhadap tantangan lingkungan, mendorong bisnis untuk secara aktif mempromosikan tanggung jawab lingkungan, dan mendorong pengembangan dan adopsi teknologi ramah lingkungan.
  • Global Reporting Initiative telah menghasilkan pedoman untuk pelaporan keberlanjutan yang kini telah diadopsi oleh lebih dari 7.500 perusahaan. Dengan 30 indikator lingkungan, fokusnya adalah pada energi, keanekaragaman hayati dan emisi.
  • Carbon Disclosure Project menawarkan panduan tentang jenis data yang diperlukan untuk mengidentifikasi cara-cara mengurangi dampak negatif lingkungan, dengan lebih dari 5.000 perusahaan penandatangan pada akhir 2014.
  • Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) program mengambil pendekatan yang lebih terfokus, menawarkan panduan dan sertifikasi untuk pengembangan dan pengoperasian bangunan yang lebih ramah lingkungan. Beroperasi di lebih dari 30 negara, dan dengan 20.000 organisasi yang mendaftar, bangunan bersertifikat LEED tidak hanya lebih baik untuk lingkungan, tetapi juga lebih hemat biaya karena pengurangan penggunaan energi.

Menganalisis dampak lingkungan yang terjadi mungkin belum dinyatakan secara universal, tetapi ini sangat bermanfaat bagi keberlanjutan bisnis. Analisis rinci tentang biaya sebenarnya yang diperlukan oleh pelaporan lingkungan yang menyeluruh tidak hanya dapat membantu suatu perusahaan menghindari tuduhan melakukan praktik “greenwashing”, tetapi juga membantu mengidentifikasi potensi penghematan.

Lalu Bagaimana Caranya Agar Bisnis Lebih Sustain?

Menjadi bisnis yang sustain dengan cara yang efektif mungkin tidak mudah pada awalnya, tetapi tantangannya sepadan dengan hasilnya. Pengusaha, pemilik, dan pemimpin yang sukses melihat masalah sebagai peluang. Sekarang adalah kesempatan yang tepat bagi perusahaan untuk menerapkan sustainability dan strategi inovatif dalam prosesnya. Berikut beberapa tips agar bisnis menjadi lebih berkelanjutan.

Mulailah Mendaur Ulang di Tempat Kerja

Daur ulang itu menguntungkan karena dapat membuang limbah di tempat pembuangan sampah dan insinerator, menciptakan 757.000 pekerjaan setiap tahun.

Bersepeda atau Gunakanlah Kendaraan Umum

Setiap hari orang membuang 2,9 miliar galon emisi gas karena terjebak kemacetan, dan setiap orang kehilangan   $ 710  produktivitasnya per tahun. Bersepeda maupun menggunakan transportasi umum adalah bentuk perjalanan ramah lingkungan yang dapat membantu karyawan berkontribusi pada keberlanjutan baik di dalam maupun di luar tempat kerja.

Go Digital!

Terlepas dari kebangkitan teknologi digital, banyak organisasi masih menggunakan lebih banyak kertas daripada yang diperlukan. Komputer, ponsel cerdas, dan perangkat lain diintegrasikan ke tempat kerja; gunakan mereka sepenuhnya dan hindari penggunaan kertas jika memungkinkan.

Buat Komite Keberlanjutan

Memilih tim khusus yang bertanggung jawab atas inisiatif keberlanjutan di tempat kerja dapat menghasilkan dampak yang berarti bagi perusahaan. Hal ini menciptakan akuntabilitas dimana terdapat orang yang secara khusus bertanggung jawab untuk permasalahan keberlanjutan, dan mereka tentu sangat berhati-hati menindaklanjuti dengan orang lain serta mendukung budaya keberlanjutan di tempat kerja.

 

ditulis oleh Khofifah Noviarianti