2020 bukanlah tahun yang baik—bagi Indonesia maupun negara-negara lain di seluruh dunia. Namun, berapakah skor Indonesia jika dapat dinilai dengan menggunakan sebuah indikator tertentu?
Highlights:
Covid-19 Memperburuk Semua Progres Baik Dunia
Rapor Merah bagi Indonesia
Indikator Keberlanjutan Index Indonesia di bawah Malaysia dan Singapura
Apa Solusi Kita?
Apakah Tantangan Dunia Saat ini?
Untuk membahas mengenai tantangan dunia saat ini, kita bisa melihat kembali pada progres dan capaian kita terhadap 17 aspek SDG.
Adapun 17 elemen SDG adalah beberapa kriteria hasil formulasi oleh PBB yang harus kita capai dan raih untuk menghasilkan dunia yang berkelanjutan.
SDG atau Sustainable Development Goals adalah rencana aksi global yang disepakati oleh semua anggota PBB di tahun 2015, untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDG berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.
Beberapa kriteria tersebut adalah antara lain:
Melalui 17 kriteria tersebut, PBB berusaha untuk terus melakukan observasi, upaya, dan evaluasi perkembangan dunia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan refleksi nyata atas sejauh apa kita melangkah ke jalan yang diinginkan.
Tidak terlepas juga bahwa kita sangat memungkinkan untuk justru berjalan ke arah yang tidak kita inginkan: kehancuran dan kehidupan yang tidak berkelanjutan.
Sebuah badan institusi bernama Sustainable Development Solutions Network memiliki tanggung jawab untuk terus mempublikasikan ‘rapor’ dunia mengenai perkembangan masing-masing negara terhadap 17 elemen SDG tersebut.
Jika ditinjau melalui laporan yang telah dipublikasikan, dunia sedang mendapati pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh pandemi global berupa Covid-19 yang menimpa seluruh masyarakat dunia kemarin, sehingga banyak progres untuk mencapai keberlanjutan yang terganggu.
Baca juga: GOJEK dan Tokopedia: Lighthouse Indonesia untuk Isu ESG?
Kembali berkaca pada 17 SDG tersebut, laporannya adalah sebagai berikut.
Secara umum, 17 kriteria SDG di atas tidak mendapatkan dampak yang sangat positif dari pandemi covid-19 ini.
Justru sebaliknya, hampir rata-rata 17 kriteria SDG ini mendapatkan rapor hitam bahkan merah pada tahun 2020 lalu.
Sebagai contoh, kriteria pertama hingga ketiga berupa upaya penghapusan kemiskinan, kelaparan dunia, serta usaha untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mengalami progres perkembangan yang sangat negatif.
- Economical lockdown menghasilkan sempat terhentinya roda ekonomi dan hilangnya jumlah pekerjaan yang sangat tinggi. Hal ini semakin mempersulit penanganan kasus kemiskinan disebabkan gap kelas masyarakat yang semakin besar.
- Tingkat kelaparan dunia pun semakin tinggi disebabkan oleh meningkatnya jumlah pekerjaan di dunia. Hal ini belum menghitung kerugian yang dialami oleh industri sektor pangan, yang kemudian menghasilkan konsekuensi produksi pangan yang rendah.
- Tingkat kesejahteraan pun mendapati nilai yang sangat buruk disebabkan oleh tingginya tingkat kematian dunia atas covid-19. Sistem kesehatan yang mumpuni pun mendapati sorotan publik internasional, merefleksikan indikator tingkat kesejahteraan dunia yang masih sangat rendah.
Selain tiga kriteria di atas, terdapat 10 aspek SDG lain yang masih dalam indikator progres yang sangat rendah. Sedangkan empat elemen lainnya masih dalam tahap yang dampak positifnya bagi dunia masih bisa dipertanyakan.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia sendiri masih berada di peringkat 101 dari 166 negara yang terdaftar pada index SDG oleh PBB.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa setiap negara tentunya memiliki batasan dan kapasitasnya masing-masing untuk mencapai index yang diinginkan.
Namun bagaimana pun juga, ‘rapor merah’ ini merupakan sebuah pengingat sekaligus peringatan besar bahwa Indonesia masih memiliki index pengembangan negara untuk mencapai titik yang berkelanjutan pada indikator yang rendah.
Bahkan, kita pun masih berada di bawah indeks rata-rata regional Asia Tenggara.
Malaysia sendiri menduduki peringkat 60 dengan rata-rata index SDGnya sebesar 71.8. Diikuti oleh Singapure di urutan 93 dengan index 67.0
Dari benchmark nilai index negara-negara tersebut adalah harapannya, Indonesia bisa lebih kompetitif dalam perkembangan dan pembangunan yang lebih berkelanjutan di regional Asia Tenggara.
Kesimpulan: Apa Selanjutnya?
Pemaparan di atas tentunya sudah bisa memberikan gambaran kepada kita semua. Bahwasanya, dunia sedang berada dalam posisi yang sangat tidak berkelanjutan, sesuai dengan hasil refleksi dari 17 indikator SDG tersebut.
Adanya fenomena pandemi global covid-19 pun justru membuat permasalahan ini lebih susah untuk diselesaikan. Bagaimana tidak? Dunia seakan berhenti karenanya. Bahkan, Bill Gates pun memberikan gambaran bahwa penanganan Covid sangatlah ringan jika dibandingkan dengan penanganan kerusakan iklim dan lingkungan.
Terkhusus dengan Indonesia, ternyata kita tidak memiliki nilai yang cukup kompetitif pada index SDG dalam kawasan regional Asia Tenggara. Urutan internasional pun kita tidak mampu menembus angka 100 besar dunia.
Hal ini tentu saja sangat menghkhawatirkan. Tidak lain karena indikator SDG di atas merupakan nilai yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana kah kita telah serius dan berkomitmen pada Indonesia yang lebih berkelanjutan.
Jika indikator tersebut kemudian memiliki kekuatan pada signifikansinya dalam mengukur seberapa “serius” sebuah negara dalam pembangunan berkelanjutannya, maka tentunya hal ini harus dikonsiderasikan oleh para pemangku kebijakan pemerintahan. Tidak terkecuali Indonesia.
Selanjutnya? Kita pasti berharap bahwa Indonesia bisa maju perlahan-lahan untuk meningkatkan performa indikator lain yang masih mendapatkan “rapor merah” ini.
Bukankah kita adalah bangsa yang kompetitif baik internasional maupun regional?
Lantas apakah kita akan diam saja melihat negara tetangga sudah termasuk dalam taraf yang baik di regional Asia Tenggara?
It’s for us to decide.
***