Studi pada tahun 2018 menemukan bahwa 37% dari 212 total responden perusahaan di Hong Kong belum sepenuhnya mampu mengintegrasikan isu ESG Investing pada perusahaan mereka. Apakah yang menyebabkan ini masih terjadi?
***
Pada tahun 2017 lalu, sebuah Inisiatif isu ESG Investing bernama The ESG Journey Begins oleh KPMG dimulai di Hongkong. Agenda ini mencita-citakan adanya disclosure atau penyingkapan mengenai data perusahaan yang sensitif terhadap isu lingkungan, sosial, dan manajemen operasi.
Hong Kong Exchanges dan Clearing Limited (HKEX) pun menyelesaikan rancangan kriteria ESG untuk memudahkan mengimplikasikan isu ESG Investing dalam perusahaan. Hal ini termasuk dalam melaporkan aktivitas dan budaya perusahaan sesuai dengan kriteria ESG yang relevan.
Selain itu, KMPG pun menghasilkan beberapa penemuan dari penelitiannya yang bermanfaat khususnya yang berhubungan dengan isu ESG. Penelitian ini menggunakan 212 responden yang terdiri dari pihak manajemen senior yang berasal dari 11 perusahaan dari sektor yang berbeda-beda. Adapun pihak manajemen senior bisa meliputi pemilik saham, CEO, CFO, CCO, Chief Investor Relations Officer, Sekretaris Perusahaan, dan sebagainya.
Kita dapat memahami bahwa ESG investing masih memiliki rintangan yang cukup nyata untuk mampu terimplikasikan dalam sebuah perusahaan. Adapun rintangan-rintangan tersebut adalah sebagai berikut:
Keterbatasan Pengetahuan dan Ahli Mengenai ESG Investing
Terhitung 37% dari total responden menjawab bahwa mereka memiliki pemahaman dan kognitif yang kurang dan terbatas mengenai isu ESG Investing.
KPMG menuliskan bahwa HKEX sebelumnya telah melakukan sebuah pendekatan kepada perusahaan-perusahaan di Hong Kong dalam membantu menerbitkan laporan ESG perusahaan sebagai aktivitas utama perusahaan. Kesadaran mengenai ESG terus berkembang sejak tahun 2016, namun KPMG tetap menyadari bahwa perkembangan dan integrasi ESG dalam perusahaan masih dalam fase awal dan jauh dari modelnya yang ideal.
KPMG lantas menemukan bahwa perusahaan masih melihat ESG investing sebagai rutinitas yang cukup sekedar untuk dilakukan atau dikerjakan. Dengan kata lain, konsep dan prinsip ESG tidak mampu menjadi budaya sebuah perusahaan lalu terimplikasikan pada aktivitas sehari-hari.
Hal ini turut terlihat pada bagaimana indikator laporan kriteria ESG perusahaan-perusahaan yang masih sangat sederhana dan tidak kritikal. Bentuk pengisian checklist dengan indikator sederhana pun masih ditemui. Selain itu, baik karyawan maupun jajaran penentu kebijakan perusahaan masih tidak memiliki pengetahuan yang cukup atas isu ESG Investing. Dengan kata lain, hal ini mengindikasikan tingkat kognitif perusahaan secara umum yang masih rendah atas isu terkait.
Hal ini sangat disayangkan karena banyaknya potensi perusahaan yang dapat dicapai melalui ESG Investing. KPMG pun menyertakan solusi untuk menyingkapi rintangan pertama ini. Sebuah perusahaan harus melaukan investasi dalam bentuk sumber daya manusia untuk memiliki pemahaman kognitif ESG yang lebih baik. Memperkerjakan tenaga profesional yang relevan dengan isu terkait, kelompok kerja dengan isu ESG investing, mengembangkan KPI, dan sebagainya merupakan beberapa solusi yang juga bisa dilakukan oleh perusahaan.
Solusi serupa pun turut diarahkan kepada para pencetus kebijakan perusahaan seperti investor dan CEO. Solusi ini berupa refleksi bagi sebuah perusahaan apakah para pembuat kebijakannya memiliki pemahaman dan keahlian pada bidang ESG investing sehingga mampu memahami resiko maupun kesempatan dalam isu ESG. KPMG meyakini bahwa tercapainya kondisi ideal tersebut kemudian akan merefleksikan manajemen di bawahnya dan citra perusahaan secara keseluruhan.
Perusahaan Tidak Melihat Signifikansi Isu ESG
Persentase terbesar kedua dari diagram di atas menunjukkan bahwa sebanyak 36% responden mengatakan isu ESG tidak memiliki urgensi untuk diimplikasikan pada strategi perusahaan. KPMG meyakini persentase ini merefleksikan tingkat kesadaran, pengetahuan, dan kognitif dari pemimpin setiap perusahaan yang masih rendah mengenai isu ESG Investing. Sehingga, urgensi manajemen resiko, relevansi ESG Investing dengan bisnis dan nilai keberlanjutan dalam sebuah perusahaan pun tidak sampai ke dalam prinsip perusahaan.
Kenyataannya ESG Investing memiliki hubungan yang positif dengan performa finansial perusahaan (CFP). Sebuah penelitian oleh Friede (2015) menemukan hubungan antara keduanya dengan menggunakan 2000 sampel data. Penelitian ini pun menuliskan bahwa ESG Investing dengan CFP yang positif justru memiliki hubungan yang sangat positif dengan total persentase sampel sebanyak 90%.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa kurangnya awareness atau kesadaran mengenai isu ESG Investing adalah perkara yang bisa dipermasalahkan. Hal ini disebabkan asumsi-asumsi yang hadir bertolak belakang dengan hasil studi-studi terdahulu.
Sehingga, anggapan-anggapan yang berterbangan mengenai ESG Investing pun tidak dapat menafikan penemuan bahwa ESG Investing memiliki signifikansi yang besar dengan keberlanjutan sebuah perusahaan.
Asumsi ESG Investing dengan High Short-Term Return
Persentase terbesar ketiga adalah terdapat 35% dari total responden mengatakan ESG Investing diekspektasikan mampu memberikan return kepada perusahaan dalam jangka waktu yang pendek.
Asumsi dan anggapan ini merupakan anti-tesis dari konsep ESG, yang memegang erat prinsip keberlanjutan dan long-term return capability. KPMG meyakini bahwa asumsi dan anggapan ini merupakan manifestasi dari tekanan investor kepada sebuah perusahaan untuk sesegera mungkin mendapatkan profit dan performa finansial perusahaan yang positif.
Namun kenyataannya, banyak fakta dan studi terdahulu yang justru mampu membuktikan dan memetakan hubungan positif antara Return of Investment (ROI) dengan ESG sebagai strategi operasional perusahaan.
- Sebuah studi oleh Campbell Soup dan Verizon menemukan bahwa dengan hadirnya komitmen atas keberlanjutan dan ESG Investing, perusahaan mampu menambah pemasukan penjualan sebesar 20% dan meningkatkan kepuasan kustomer sebesar 10%. Komitmen ini juga menghasilkan berkurangnya tingkat pergantian karyawan perusahaan sebesar 50%.
- Hasil penelitian oleh ING berupa interview kepada 210 eksekutif perusahaan menemukan 43% dari perusahaan Amerika Serikat mengindikasikan peningkatan pemasukan perusahaan sebagai indikator utama keberhasilan sistem ESG mereka. Selain itu, 87% responden dari 43% total sampel di atas mengatakan bahwa perusahaan mereka mengalami kenaikan pemasukan dalam satu tahun terakhir.
- 66% konsumer telah melaporkan bahwa mereka rela untuk membayar lebih untuk produk dan jasa yang memiliki signifikansi dan dampak yang positif terhadap dunia. Studi oleh Nielsen ini menggunakan 30.000 sampel dari 60 negara yang berbeda.
Mempelajari ESG Lebih Banyak
Melalui elaborasi dari beberapa rintangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan kognitif perusahaan mengenai ESG merupakan akar utama dari permasalahan yang hadir. Hal ini terlihat dari bagaimana jawaban responden sangat berlawanan dengan data dan temuan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai ESG Investing. ESG diyakini oleh 36% responden tidak memiliki signifikansi yang besar pada perusahaan, meskipun kenyataannya ESG merupakan tren positif yang sudah dimulai sejak tahun 1972. Selain itu, 35% responden berasumsi bahwa ESG mendorong tercapainya short-term goals, meskipun kenyataannya ESG merupakan konsep berkelanjutan dengan manfaat yang sangat besar pada prinsip long-term nya.
Akan sangat ideal apabila perusahaan di Indonesia mampu belajar dari penemuan ini. Dengan menginvestasikan SDM termasuk jajaran direksi dan manajer mengenai ESG investing, maka sangat memungkinkan kita tidak akan terjatuh pada masalah yang telah kita ketahui adanya.
***
Referensi
Friede, G., Busch, T., & Bassen, A. (2015). ESG and Financial Performance: Aggregated Evidence from more than 2000 Empirical Studies. Journal of Sustainable Finance & Investment, 5:4, 210-233. doi:10.1080/20430795.2015.1118917
KPMG. (2017). The ESG Journey Begins. KPMG International. Retrieved from https://assets.kpmg/content/dam/kpmg/cn/pdf/en/2017/11/the-esg-journey-begins.pdf
KPMG. (2018). ESG: A View from The Top. KPMG International. Retrieved from https://assets.kpmg/content/dam/kpmg/cn/pdf/en/2018/09/esg-a-view-from-the-top.pdf
Nielsen. (2015, Desember 11). Consumer-Goods’s Brands That Demonstrate Commitment to Sustainability Outperform Those that Don’t. Retrieved from NielsenIQ: https://www.nielsen.com/us/en/press-releases/2015/consumer-goods-brands-that-demonstrate-commitment-to-sustainability-outperform/
Styles, P. (2019, Maret 19). ESG/Sustainability: Are Companies Realizing Real ROI? Retrieved from AlphaSense: https://www.alpha-sense.com/blog/esg-sustainability-roi/
***
Baca juga: