Setelah pandemi berakhir, semua orang akan melihat fokus yang semakin besar pada masalah terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola. Penting bagi perusahaan untuk menyadari bagaimana risiko ESG dapat memengaruhi perusahaan mereka.
Munculnya Investasi Environmental, social and governance (ESG)
Beberapa tahun yang lalu, kriteria lingkungan, sosial, dan tata kelola berada di bawah kinerja keuangan dalam prioritas ruang dewan. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, semuanya telah berubah. Konsumen menuntut komitmen sosial dan lingkungan dari bisnis serta kualitas, nilai, dan layanan. Mereka mendorong lini produk vegan, kredensial lingkungan yang jelas, kesenjangan upah, dan praktik perusahaan yang berkelanjutan.
Karyawan juga termasuk kelompok berpengaruh lainnya yang terlibat dalam perluasan investasi ESG, mereka ingin bekerja untuk perusahaan dengan tujuan, selaras dengan prioritas mereka sendiri. Perusahaan dengan kredensial ESG yang kuat semakin mampu menarik dan mempertahankan performa terbaiknya.
Praktik investasi juga semakin dipengaruhi oleh faktor ESG. Investor perorangan dan institusional mulai berfokus pada aset ESG. Head of Asia ESG Research Bank of America (BofA) Sameer Chopra menyampaikan saham-saham ESG mampu naik lebih tinggi 5 persen dibandingkan apresiasi konstituen indeks S&P500 pada kuartal I/2020 ketika terjadi aksi jual besar-besaran atau sell off.
Dampak Covid-19 pada Environmental, social and governance (ESG)
Covid-19 tampaknya telah meningkatkan ESG dalam keputusan investasi. Pada Juli 2020, nilai keseluruhan aset yang menggunakan data ESG mencapai lebih dari $40 triliun, mewakili pertumbuhan tahun ke tahun sebesar 15,3% sejak 2016. Indeks ESG secara konsisten mengungguli indeks induknya di pasar modal yang bergejolak, menjadikan investasi keberlanjutan atau sustainability sebagai pilihan cerdas.
Baca juga ESG: Definisi, Contoh, dan Hubungannya dengan Perusahaan
Risiko Environmental, social and governance (ESG)
Salah satu masalah utama yang dapat dilanggar oleh perusahaan saat menangani ESG adalah luasnya faktor yang dilindungi oleh investasi ini. Meliputi kriteria yang beragam seperti kebijakan tentang praktik korupsi, tunjangan cuti melahirkan, keberagaman di tempat kerja, kebijakan upah, jejak emisi karbon, dan sejumlah kriteria lainnya. Hal ini bisa dengan mudah menjadi jebakan bagi perusahaan. Contohnya saja Morgan Stanley sebagai bank besar AS pertama yang secara terbuka mengungkapkan seberapa besar kontribusi pinjaman dan investasinya terhadap perubahan iklim,tetapi lemah karena adanya isu keberagaman terhadap karyawan perempuan kulit hitam di lingkungan kerjanya.
Berikut adalah beberapa strategi dalam mengelola dan
mengkomunikasikan risiko ESG:
• Berinteraksi dengan investor
Mendengarkan investor yang berinvestasi dengan tanggung jawab sosial
sangat penting karena investor ini sering memiliki gagasan berbeda tentang risiko ESG tertentu.
• Konsultasikan dengan spesialis ESG
Menangani risiko ESG bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan menghadiri konferensi ESG untuk mengumpulkan kebijaksanaan spesialis ataumempekerjakan konsultan yang dapat membantu membentuk strategi manajemen risiko ESG.
• Membuat proses pemetaan indeks ESG
Perusahaan perlu mengidentifikasi KPI yang selaras risiko ESG dengan strategi bisnis dan target keuangan mereka. Ini dapat dilakukan melalui
pemetaan materi ESG.
Ditulis oleh Khofifah Noviarianti
Tidak hanya sebagai cara untuk menghindari risiko, ESG dipandang sebagai cara untuk mengukur dan mengidentifikasi peluang di masa depan. Risiko ESG harusnya dapat dikelola dan dikomunikasikan dengan baik karena pandemi global tidak dapat menghentikan kebangkitan ESG.
sumber referensi :
Friede, G., T. Busch, and A. Bassen. 2015. “ESG and financial performance: aggregated evidence from more than 2000 empirical studies.” Journal of Sustainable Finance & Investment 5 (4): 210-233.
Rmmagazine.com. (2020, 24 Desember). Getting Serious About ESG Risks. Diakses pada 24 Desember 2020, dari
http://www.rmmagazine.com/2019/05/01/getting-serious-about-esg-risks/