Bergabungnya GOJEK dan Tokopedia berpotensial untuk memberikan dampak super besar pada roda perekonomian Indonesia. Namun, apakah GOJEK dan Tokopedia turut memiliki komitmen yang sama terhadap keberlanjutan lingkungan dan sosial?
Highlights:
Kontribusi GOJEK dan Tokopedia yang Sangat Besar bagi Indonesia
Masalah Lingkungan yang Erat dengan Perusahaan Besar
Apakah GOJEK dan Tokopedia Dapat Memenuhi Ekspektasi Mereka?
Kontribusi Perusahaan
Tidak dipungkiri lagi, GOJEK dan Tokopedia adalah salah satu dari beberapa perusahaan raksasa yang memiliki determinasi untuk terus berkembang dan tumbuh. Namun, tidak ada yang mampu memprediksi sebelumnya bahwa dua nama besar ini dikabarkan akan berkomitmen untuk melakukan merger.
Secara riil, penggabungan dua brand industri berbasis digital ini akan diestimasikan untuk memiliki valuasi sebesar Rp560 Trilliun. Hal ini pun pasti memunculkan pertanyaan dalam benak. Sebenarnya, seberapa masifkah kontribusi keduanya untuk Indonesia?
1) GOJEK
Dikabarkan bahwa pada tahun 2019 lalu, GOJEK mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia sebesar Rp108 Triliun, atau sebesar US$7.1 Miliar. Nilai angka ini tentunya merupakan kontribusi ekonomi yang sangat besar bagi Indonesia.
Hasil studi dari Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini pun menemukan bahwa GOJEK turut berkontribusi sebesar Rp55 Trilliun, atau sebesar US$3.85 Miliar pada tahun 2018-2019.
Sedangkan pada tahun 2017, GOJEK sudah mampu berkontribusi sebesar RP15.1 trilliun (berkisar US$1.06 miliar) yang hanya bersumber dari dua jasa utamanya: GO-RIDE dan GO-FOOD.
Total responden sebanyak 6.732 yang berasal dari partner GO-RIDE, GO-CAR, GO-RESTO, dan GO-LIFE di daerah Jabodetabek, 2018-2019.
Penelitian ini pun menemukan bahwa rata-rata gaji bulanan para partner GO-RIDE pun mengalami peningkatan sebesar 45% dari total sampel setelah menjadi partner resmi GO-RIDE. Hal ini kemudian berbanding lurus dengan peningkatan pengeluaran sebesar 25% setelah menjadi partner resmi GO-RIDE.
Hal ini pun belum membahas mengenai peningkatan statistik dan finansial yang positif pada partner-partner GOJEK yang lain, seperti pada GO-CAR, GO-FOOD, dan GO-LIFE.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, selain GOJEK mampu menaikan tingkat pendapatan rata-rata di daerah Jabodetabek, mereka juga mampu memberikan ruang untuk pemilik bisnis micro, kecil, maupun menengah untuk masuk ke dalam pasar digital. GOJEK pun turut diyakini mempermudah transisi masyarakat Indonesia untuk masuk ke dalam pasar digital.
Selain itu, GO-LIFE pun diyakini telah mampu memberikan kesempatan dan lapangan pekerjaan, terkhusus bagi perempuan dengan latar belakang yang kurang mampu. Tentunya, hal ini mengindikasikan adanya kesempatan baru kepada semua golongan untuk berkontribusi dalam dunia digital ini.
Kontribusi-kontribusi di atas adalah simplifikasi super besar dengan apa yang telah diberikan oleh GOJEK dan mitranya. Lantas, bagaimana dengan rekan kerja barunya, Tokopedia?
2) Tokopedia
Tentunya tidak kalah dengan GOJEK – Tokopedia pun memiliki kontribusi yang sangat besar bagi Indonesia.
Hasil penelitian oleh LPEM, lembaga yang sama yang telah meneliti kontribusi GOJEK pada bahasan sebelumnya, menemukan bahwa Tokopedia telah berkontribusi sebesar Rp170 Trilliun (US$12 Miliar) pada roda ekonomi kawasan regional Asia Tenggara.
Hal ini merupakan prestasi. Pasalnya, raksasa e-commerce Indonesia ini pada tahun 2018 ‘hanya’ mampu berkontribusi sebesar Rp58 Triliun. Jumlah ini setara dengan 0.05% dari PDB Indonesia tahun 2018.
Hal ini berbanding lurus dengan semakin tingginya lapangan pekerjaan yang ditawarkan, dan mendorong kesamaan ekonomi melalui kesempatan entrepreneurship secara digital. Terbukti dengan hadirnya 800.000 lebih lapangan pekerjaan, baik paruh waktu maupun penuh.
Kiki Verico, selaku direktur utama dari lembaga penelitian tersebut mengatakan bahwa inkulisivitas pun merupakan salah satu aspek dari penemuan penelitian ini. Hal ini mengindikasikan bahwa Tokopedia memberikan kesempatan juga baik kepada ibu rumah tangga untuk menjadi entrepreneur di Indonesia.
Hal ini menghasilkan kenaikan statistik pada pemasukan rata-rata keluarga di Indonesia, dengan akumulasi sebesar Rp19 Trilliun, yang setara dengan Rp441.000 dari setiap pekerja Indonesia.
Terlepas dari kabar penggabungan dua perusahaan super besar berbasis digital ini, apakah mereka lantas memiliki inisiatif mengenai isu lingkungan dan sosial yang selalu hadir mengintai?
Masalah yang Tak Kunjung Henti: Keberlanjutan Lingkungan
Jika penggabungan dua perusahaan ini kemudian menjadi realita, tentunya Indonesia akan memiliki sebuah lighthouse ekonomi yang sangat kompetitif di regional kawasan Asia Tenggara, maupun dunia.
Namun, apakah hal ini kemudian bisa diiringi dengan komitmen mereka atas masalah lingkungan dan sosial yang selalu mengintai?
Di atas kertas, sistem pasar digital yang ditawarkan oleh GOJEK maupun Tokopedia mengadopsi sistem dari industri 4.0, yang diyakini oleh beberapa studi untuk memungkinkan sebuah perusahaan dalam meningkatkan kualitas produk, performa finansial, dan alin sebagainya.
Jika membahas mengenai keberlangsungan perusahaan berbasis 4.0 dengan isu keberlanjutan lingkungan dan sosial, beberapa studi dan literatur mampu menemukan beberapa pandangan berbeda mengenai isu terkait.
Sebagai contoh, penulisan oleh Ford dan Despeisse serta Jelonek dan Urbaniec melihat pada penggunaan industri berbasis 4.0 justru meningkatkan sifat keberlanjutan lingkungan. Hal ini dapat dicontohkan dengan sederhana seperti teknologi dalam manufakturing dengan sistem AI, robotik, dan sebagainya.
Ford dan Despeisse, secara khusus melihat bahwa Additive Manufacturing, contohnya seperti Mesin Pembuat Model 3D, akan menciptakan kesempatan sekaligus efisiensi sumber daya yang akan menghasilkan keberlanjutan lingkungan dan rantai pasokan material yang sehat.
Sedangkan Jelonek dan Urbaniec dalam penelitiannya mampu menemukan bahwa kebutuhan pasar akan tenaga kerja yang relevan dengan industri 4.0 telah terbukti secara umum lebih memahami dan kompeten mengenai isu keberlanjutan lingkungan.
Baca juga: Emisi Gas Karbon: Rantai Pasokan dan 8 Solusinya
Perspektif lain yang turut berasal dari studi yang berbeda, Stock dan Seliger, berargumen bahwa justru industri 4.0 memiliki nilai utama dalam praktiknya untuk selalu berorientasi pada keberlanjutan dan pembukaan kesempatan untuk mencapai tujuan ini.
Selain itu, tulisan oleh Buritt dan Christ berpendapat bahwa sistem industri 4.0 akan sangat berdampak positif bagi keberlangsungan lingkungan. Hal ini tentunya melalui proses digitalisasi yang komprehensif, akurat, dengan tata kelola perusahaan yang berkualtas, dan sebagainya.
Selain beberapa studi di atas, terhitung masih terdapat banyak sekali pembahasan penelitian yang mampu menghubungkan bahwa industri digital atau 4.0 akan sangat berhubungan erat dengan keberlangsungan kehidupan kita nanti.
Kesimpulan: Apakah GOJEK & Tokopedia Dapat Memenuhi Ekspektasinya dalam ESG?
Dari pembahasan bab sebelumnya, dapat dipahami beberapa hal mengenai perusahaan dengan integrasi sistem 4.0 dan berbasis AI. Salah satunya adalah bagaimana industri berbasis 4.0 dan AI ini memiliki pendorong utama berupa efisiensi sumber daya dalam praktiknya.
Jika ditarik sebuah hubungan antara efisiensi dan praktik ESG dalam sebuah perusahaan, maka tentunya hal ini saling berhubungan erat. Hal ini disebabkan oleh salah satu kriteria ESG, yaitu lingkungan, yang mengharuskan perusahaan untuk memiliki konsiderasi kebijakan utamanya dalam bertanggung jawab dan berkomitmen pada keberlangsungan lingkungan.
Keberlangsungan lingkungan melalui efisiensi ini pun dapat lebih mudah dicapai karena perusahaan turut berkomitmen untuk tidak melakukan eksploitasi sumber daya yang akan digunakan.
Selain itu, pembahasan efisiensi sumber daya ini tidak terbatas saja pada aspek lingkungan. Sumber daya manusia pun bisa menjadi sebuah fokus diskusi yang menarik untuk dibicarakan pada topik kali ini. Di atas kertas, tentunya dengan bantuan AI dapat memberikan bantuan lebih terhadap para pekerja dalam sebuah kantor.
Dan sebaiknya kita tidak berhenti pada aspek lingkungan dan sosial saja. Bahkan, aspek tata kelola perusahaan, dengan proses observasi manufaktur produk dan organisasi yang lebih menyeluruh dan dalam bisa meningkatkan efisiensi pada sebuah perusahaan. Dengan kata lain, praktik ESG sangat dipermudah dengan hadirnya industri berbasis 4.0 ini.
Yang diharapkan dari GOJEK dan Tokopedia dengan sistem 4.0 ini adalah mereka mampu menjadi lighthouse dalam praktik bisnis perusahaan berbasis ESG di Indonesia. Ekspektasi ini pun turut disebabkan perusahaan ini memiliki valuasi berskala raksasa di regional Asia Tenggara.
Dengan kata lain, penggabungan antara GOJEK dan Tokopedia sangat diharapkan untuk mampu memenuhi ekspektasi-ekspektasi tersebut. Terutama pada respon nyata dalam bentuk regulasi, aktivitas, dan segala hal yang merupakan aksi riil untuk mendorong tercapainya keberlanjutan di industri ekonomi Indonesia.
Apakah GOJEK dan Tokopedia bisa menjadi lighthouse Indonesia atas hal ini?