Limbah Plastik

ESG: Solusi untuk Limbah Plastik dan Investasi

Limbah Plastik menghambat Investasi

Keraguan pimpinan Tesla, Elon Musk, untuk berinvestasi dan menjalin kerja sama dengan perusahaan Indonesia menjadi tamparan keras bagi kita semua. Hal ini didasarkan pada kinerja lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan (ESG) di Indonesia yang masih abai, terutama pada isu lingkungan (Tirto, 2021).

Principles for Responsible Investment menyebutkan salah satu isu lingkungan yang menjadi perhatian sekarang adalah peningkatan produksi dan permintaan plastik yang menimbulkan sulitnya terurai.

Pendapat tersebut didukung dengan gambar di bawah ini:

Sumber: Principles for Responsible Investment

Penggunaan Plastik dan Dampaknya

Plastik digunakan di berbagai sektor perusahaan seperti konstruksi, barang konsumsi dan transportasi. Namun, 40 % produksi plastik global digunakan untuk kemasan, dan 95 % kemasan plastik adalah plastik sekali pakai (UN Environment Programme, 2018).

Produksi plastik sekali pakai meningkat sejalan dengan permintaan konsumen akan barang kebutuhan sehari-hari seperti peralatan makan dan gelas. Kebutuhannya semakin bertambah dengan keharusan makanan impor dibungkus dengan plastik agar lebih segar dan tahan lama.

Akibatnya, kemasan plastik sekali pakai menyumbang lebih dari 141 juta ton limbah plastik global per tahunnya (Geyer et al, 2017).

Sumber: Principles for Responsible Investment

Tingkat daur ulang global hanya sebesar 20 % dan sisa limbah plastik dibakar atau dikirim ke tempat pembuangan sampah. Sehingga polusi akibat limbah plastik meningkat dan mempengaruhi keseimbangan Bumi dan kehidupan manusia sendiri.

Investor Mulai Mempertimbangkan Investasi Ramah Lingkungan

Dampak tersebut juga mempengaruhi iklim investasi dunia. Masyarakat dan khususnya investor, kini lebih mempertimbangkan investasinya yang lebih aman terhadap alam.

Pertimbangan investor ini dapat dilihat dengan mengakses kinerja ESG yang diungkapkan oleh perusahaan (Eyraud et al, 2013) Dalam beberapa tahun terakhir, pemanfaatan informasi ESG semakin meluas untuk melihat bagaimana perusahaan mengelola limbah plastik yang dimilikinya.

Awalnya, informasi mengenai data non-keuangan seperti pengungkapan ESG masih terbatas (Tarmuji et al, 2016). Sebagian besar investor masih bergantung pada data ekstraksi tradisional seperti laporan tahunan dan situs web perusahaan. Peranan informasi pelaporan ESG mengubah bisnis menjadi lebih efektif dan efisien.

Saat ini perusahaan mulai beralih ke data berbasis untuk tetap kompetitif. Karena tekanan dari pemangku kepentingan, terutama investor terhadap masalah lingkungan seperti perubahan iklim, polusi dan limbah plastik secara signifikan.

ESG sebagai Solusi

Limbah plastik adalah ancaman utama bagi lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat, tetapi limbah plastik dapat dikelola dan dikurangi.

United Nations menggunakan Sustainable Developments Goals sebagai kerangka kerja untuk mengubah dan meningkatkan perilaku perusahaan global seputar limbah plastik dan daur ulang.

Sustainable Developments Goals juga digunakan dalam peningkatan penggunaan limbah plastik dalam produksi energi berkelanjutan.

Pendekatan keterlibatan aktif perusahaan yang ekstensif pada ESG akan membantu pemberantasan limbah plastik

Selain itu, memungkinkan keputusan investasi yang lebih informatif bagi investor (Ausbil, 2019).

Menanggapi peningkatan niat investor yang bertanggung jawab untuk mempertimbangkan kinerja perusahaan pada faktor ESG ketika membuat keputusan investasi, perusahaan telah mulai mengadopsi strategi berorientasi pada pemangku kepentingan dan memaksimalkan nilai sosial.

Perusahaan yang secara aktif mengelola keberlanjutan ESG lebih menuai manfaat dari nilai yang unggul bagi bisnis dan masyarakat.

Integrasi strategi ESG dalam manajemen memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan keunggulan kompetitif, meningkatkan efisiensi dan reputasi operasional, dan pengurangan limbah, sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

Oleh karena itu, pelaporan ESG yang tepat waktu, andal, konsisten, dan kompetitif relevan bagi investor untuk menilai perilaku perusahaan dan memastikan keberlanjutan perusahaan terkait dengan keputusan investasi mereka (Alsayegh et al, 2020).