Membaca Jurnal

Membaca Jurnal Lebih Mudah dengan 2 Metode Ini

 

Pernahkah dirimu merasa bahwa membaca semua bahan bacaan berupa jurnal dan bacaan akademik merupakan hal yang sangat sukar untuk diselesaikan? Dan apakah mungkin kita dapat membaca beberapa belas jurnal sampai tuntas hingga detail-detail terkecilnya?


Tidak dipungkiri, di setiap fase lanjutan pendidikan, baik itu dari SMA hingga sarjana, maupun sarjana menuju gelar master hingga doktoral, semua orang pernah mengalami kondisi shock. Bagaimana tidak? Kita sebelumnya tidak pernah dihadapkan dengan kewajiban untuk harus membaca puluhan jurnal dan penelitian yang tentunya memiliki bobot bacaan yang berat. Hasilnya? Tidak semua dari kita pun berhasil menyelesaikan bacaan-bacaan ini.

Profesor Calarco menyebut hal ini sebagai hal yang lumrah terjadi di kalangan akademisi atau peneliti. Meskipun fenomena ini umum untuk terjadi, ketidakinginan untuk meneruskan atau memulai membaca sudah cukup untuk memunculkan perasaan “Feeling like a slacker”, atau simply pemalas pada diri sendiri. Hal ini pun bermanifestasi menjadi impostor syndrome hampir di semua kalangan akademisi.

Impostor syndrome merupakan sebuah keyakinan yang muncul dari dalam diri kita sendiri bahwa kita tidak memiliki kompetensi seperti apa yang orang lain lakukan. Dengan kata lain, perasaan ini akan memberikan ketakutan bahwa dengan inkompetensi diri ini, kita akan mendapatkan cap dari orang lain sebagai penipu, pembohong, atau kesan seperti kita tidak berhak untuk hadir dan mendapatkan sesuatu. Kondisi terburuknya, kita akan meyakini bahwa orang lain akan berpikir bahwa suatu pencapaian yang kita dapatkan berasal dari keberuntungan yang sangat-sangat besar.

Namun di atas semua ini, ternyata hal ini sangat berkebalikan dengan kondisi empirik pada dunia akademisi. Pasalnya, bukanlah hal yang umum untuk seorang peneliti atau akademisi di dunia ini untuk mampu membaca dan mengingat semua hal yang telah ia pelajari dan baca. Yang jelas, tidak sampai pada hal-hal yang bersifat sangat detail.

Lantas, bagaimana cara kita menyingkapi hal ini?

Membaca untuk Memaknai

Setelah diobservasi melalui berbagai pengajar, profesor, maupun dosen dari universitas dalam negerti maupun luar, ternyata terdapat satu pendapat yang sama mengenai sebuah aspek yang harus dilakukan untuk mempermudah proses membaca kita: siapkan pertanyaan sebelum membaca. Hal ini disadari oleh kenyataan bahwa akademisi harus membaca jurnal dalam proses sekolahnya, namun tentunya kita memiliki banyak keterbatasan lain, seperti waktu, kesempatan, kesehatan, dan sebagainya.

Lantas, bagaimanakah elaborasi dari hal ini?

Profesor Calarco menjelaskan hal ini dengan sangat sederhana dalam bukunya. Ia menjelaskan bahwa dalam sebuah sesi baca, Ia tidak akan lantas menghabiskan sebuah buku atau jurnal dengan membaca awal hingga akhir.

Pertama, selalu baca abstrak dan bagian pembuka sebuah jurnal penelitian. Dengan membaca abstrak terlebih dahulu, kita akan memahami mengenai bentuk maupun informasi penting dalam sebuah jurnal. Hal ini disebabkan, abstrak yang baik akan selalu membahas singkat topik penulisan, formulasi permasalahan, teori yang digunakan, metode penelitian, analisa, hingga penemuan atau kesimpulan. Sehingga, menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dari aspek-aspek tersebut akan sangat membantu pembaca untuk memahami isi dan gagasan dari sebuah jurnal.

Selain itu, dengan lebih cepat memahami isi dan gagasan dari sebuah bacaan, kita bisa langsung untuk ‘skip‘ ke bagian bacaan yang kita ingin dalami dan pelajari lebih lanjut. Tentunya, ini menyesuaikan dengan kebutuhan kita masing-masing.

Sebagai contoh, jika seorang peneliti telah membaca mengenai jurnal yang membahas fenomena ‘A’ dengan teori ‘B’, maka tentunya ia tidak harus membaca bagian kerangka teoritik pada jurnal lain yang menggunakan sama-sama menggunakan ‘teori B’. Dengan pengelompokkan ini, efisiensi membaca, khususnya untuk membuat literature review pun dapat dilakukan lebih mudah.

Kedua, Profesor Calarco mengingatkan kita semua untuk berusaha memposisikan bacaan jurnal yang kita akan baca dengan tulisan-tulisan yang telah kita baca. Idealnya, dalam setiap pembuatan karya tulis setidaknya minimal ada 10 bacaan jurnal yang relevan dengan penulisan kita, dan dijadikan acuan dalam penelitian kita. Pada proses pembacaan 10 jurnal tersebut, Profesor Calarco menawarkan beberapa pertanyaan yang dapat digunakan dalam memposisikan masing-masing jurnal tersebut. Adapun beberapa pertanyaan tersebut adalah:

  1. Apakah penulisan ini mendukung, menjelaskan, mengklarifikasi, membahas kembali, atau justru menolak gagasan utama dari penulisan-penulisan sebelumnya?;
  2. Apakah penulisan ini menggunakan model kerangka teoritik yang berbeda?;
  3. Adakah ada pengembangan dari kerangka teoritik dari penulisan sebelumnya?; dan
  4. Apakah ada pembaruan?

Melalui beberapa opsi pertanyaan di atas, kita akan bisa menentukan apakah jurnal yang telah kita pilih adalah layak untuk dibaca dan bahkan untuk dijadikan acuan penulisan. Hal ini disebabkan, tidak semua jurnal yang telah dipublikasi bahkan dalam skala internasional memiliki gaya penulisan yang baik dan jelas untuk digunakan sebagai acuan penulisan penelitian kita. Terkadang, beberapa jurnal tidak menuliskan perumusan masalahnya dengan jelas di bagian abstrak maupun pembuka, sehingga kita harus mencarinya lebih spesifik. Dan tentunya, ini membutuhkan waktu dan sangat tidak efisien.

Selain itu, meskipun memulai membaca dengan sebuah pertanyaan adalah langkah yang baik, tapi tidak jarang juga terdapat beberapa jurnal yang tidak secara spesifik dan eksplisit menuliskan perumusan masalahnya. Sehingga, banyak dari kita yang terjebak untuk membedakan antara penulisan ilmiah dengan reading report, atau bahkan tulisan yang hanya bersifat informatif dan deskriptif. Sehingga, dengan penulis jurnal yang tidak menerangkan secara eksplisit mengenai aspek-aspek yang harus dimunculkan dalam abstrak maupun pendahuluan, kita sudah bisa menilai kepantasan atau kelayakan jurnal yang akan kita baca.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, kita dapat memaksimalkan tulisan abstrak penelitian dan pertanyaan untuk memudahkan kita dalam membaca. Kemudahan ini meliputi efisiensi waktu dan tercapainya informasi yang kita cari. Pasalnya, kita membutuhkan banyak sekali informasi dari bacaan-bacaan jurnal dan penelitian, namun hanya memiliki waktu yang terbatas. Sebenarnya, hampir tidak ada seorang akademisi di dunia ini yang mampu membaca, memahami, sekaligus menghafal semua informasi dari sebuah bacaan hingga ke aspek-aspek yang lebih mendetail. Karena tentu saja, hal ini akan sangat memakan waktu kita. Waktu yang terbuang, dan ditambah dengan perasaan burn out yang berpotensi untuk hadir sangat mengancam progres kita dalam belajar dan membaca. Inefisiensi dan perasaan ini pun dapat bermanifestasi menjadi sindrom imposter, yaitu sebuah perasaan yang menyebabkan kita berpikir bahwa kita tidak kompeten dalam sebuah hal. Tentunya, hal-hal ini ingin kita hindari sebisa mungkin.